SEPAK BOLA EFISIEN ALA INDONESIA: DARI MANAHAN KE PIALA DUNIA

 

Sumber Foto: Tempo

WARTAALENGKA, Cianjur Sikap pragmatis dan efisiensi menjadi ciri utama penampilan tim U-17 Indonesia pada ajang Piala Asia U-17 2025. Pendekatan bermain mereka mengingatkan publik pada era kepelatihan Shin Tae-yong di tim nasional.

Di bawah arahan Nova Arianto, “Garuda Muda” tampil lugas dengan fokus utama menembus Piala Dunia U-17 2025 yang akan digelar di Qatar, November mendatang. Tim ini menunjukkan permainan berorientasi hasil melalui strategi pragmatis.

Nova menyadari bahwa persaingan di tingkat Asia sangat ketat. Oleh karena itu, permainan Zahaby Gholy dan rekan-rekannya mengalami perubahan drastis dibanding saat tampil di Piala AFF U-16 2024.

Pada turnamen tersebut, Indonesia tampil agresif menyerang, namun gagal memenuhi target juara. Hasilnya, tim hanya mampu meraih medali perunggu di Stadion Manahan, Surakarta.

Nova mulai menerapkan pendekatan berorientasi hasil ketika Indonesia menjalani babak kualifikasi Piala Asia U-17 2025 pada Oktober 2024. Hasilnya cukup positif: kemenangan atas tuan rumah Kuwait dan hasil imbang melawan Australia. Dengan empat poin, Indonesia lolos ke putaran final di Arab Saudi sebagai salah satu runner-up terbaik.

Permainan dengan prioritas pada pertahanan solid dan kedisiplinan semakin matang berkat lima bulan masa persiapan. Lokasi pemusatan latihan berlangsung di Bandung, Yogyakarta, Dubai, dan Jeddah. Semua tempat tersebut menjadi bagian dari upaya Nova dan stafnya menyiapkan tim jelang Piala Asia U-17 2025.

Persiapan panjang tersebut membuahkan hasil saat turnamen bergulir. Indonesia sukses menundukkan unggulan Korea Selatan dengan skor tipis 1-0, kemudian menang telak 4-1 atas Yaman.

Kemenangan atas dua tim kuat itu tentu mengejutkan banyak pihak. Sebab, dari semua kontestan Grup C, hanya Indonesia yang bukan juara grup di babak kualifikasi.

Bahkan, Indonesia masuk pot keempat saat proses undian grup dilakukan. Namun, mereka justru menjadi tim Asia ketiga yang memastikan lolos ke Piala Dunia U-17 2025, menyusul Arab Saudi dan Uzbekistan dari Grup A.

Karena itu, tidak mengherankan bila Nova memilih pendekatan hati-hati dengan mengandalkan kekuatan lini belakang. Pada dua laga di Grup C, Indonesia hanya mencatatkan penguasaan bola sebesar 32 persen dan 44 persen.

Dominasi penguasaan bola yang rendah justru menjadi formula jitu Indonesia dalam menaklukkan lawan-lawan mereka di level Asia. Pendekatan ini merupakan warisan Shin Tae-yong yang sempat melatih Indonesia.

Nova, yang telah mendampingi Shin sejak Piala AFF 2020 hingga kualifikasi Piala Dunia 2026, memahami betul strategi yang cocok bagi sepak bola Indonesia. Skema tiga bek tengah yang bisa berubah menjadi lima sejajar menjadi ciri khas tim U-17, sama seperti gaya Shin.

Selama kepemimpinan Shin di berbagai turnamen resmi, timnas Indonesia tak pernah dominan dalam penguasaan bola—rata-rata tak melebihi 45 persen. Namun, Shin berhasil menorehkan sejarah, seperti membawa Indonesia ke fase gugur Piala Asia 2023 dan babak playoff Olimpiade 2024.

Nova mengapresiasi penuh perjuangan anak asuhnya. Ia menilai keberhasilan lolos ke Piala Dunia U-17 2025 dan menembus perempat final Piala Asia U-17 2025 merupakan buah dari kerja keras para pemain sejak masa persiapan hingga pertandingan.

”Saya sangat mengapresiasi perjuangan pemain pada dua pertandingan awal. Mereka menunjukkan mentalitas, fisik, dan pemahaman taktik yang luar biasa. Semoga kami terus berkembang,” ujar Nova.

Nova juga tak lupa berterima kasih kepada PSSI yang telah memberi dukungan penuh selama persiapan tim. Tim sempat menjalani laga uji coba dan pemusatan latihan di luar negeri. Selain di UEA dan Arab Saudi, Evandra Florasta dkk juga sempat berlatih dan bertanding di Spanyol (September 2024) serta Qatar (Oktober 2024).

Efisien dalam Serangan

Tak hanya lini pertahanan yang kokoh—sejak babak kualifikasi, Indonesia belum kebobolan dari skema open play—Garuda Muda juga tampil efisien di lini serang.

Kemenangan atas Korsel diraih lewat dua peluang emas di akhir laga. Sedangkan dua gol awal ke gawang Yaman berasal dari dua tembakan on target pertama dalam pertandingan tersebut.

Saat menghadapi Korsel, Indonesia hanya mencatatkan lima tembakan, jauh di bawah total 21 milik lawan. Namun, saat menghadapi Yaman, performa menyerang Indonesia meningkat dengan 14 tembakan—setara dengan tim asal Timur Tengah tersebut.

Gaya ini serupa dengan strategi timnas senior era Shin, yaitu mengandalkan serangan balik cepat setelah bertahan dari tekanan lawan.

”Tim bermain sangat baik mengikuti instruksi pelatih. Setelah menang atas Korsel dan Yaman, kami menargetkan kemenangan atas Afghanistan,” ujar Gholy, winger Persija Jakarta, yang mencetak satu gol dan satu assist saat melawan Yaman.

Meski masih ada satu laga tersisa di Grup C, Indonesia sudah dipastikan jadi satu-satunya tim non-unggulan—berdasarkan pot undian—yang menduduki posisi teratas di babak grup. Ini adalah kali pertama Indonesia memimpin grup pada turnamen resmi AFC sejak milenium baru.

Terakhir kali Indonesia meraih posisi puncak di fase grup turnamen AFC terjadi pada Piala Asia U-20 tahun 1970. Ketika itu, tim remaja yang dilatih Djamiat Dalhar bahkan mencapai partai final.

Tak hanya juara grup, pasukan Nova juga berpotensi menorehkan sejarah baru di Piala Asia U-17. Pada edisi 1990, Indonesia memang sempat menembus semifinal. Namun, kala itu hanya ada delapan peserta, sehingga cukup lolos dari fase grup untuk langsung ke babak empat besar.

Kini, peluang Indonesia kembali ke semifinal terbuka lebar. Lawan mereka di perempat final adalah runner-up Grup D yang dihuni Iran, Tajikistan, Korea Utara, dan Oman. Duel Tajikistan vs Korea Utara pada Selasa malam (8/4/2025 WIB) akan menentukan siapa lawan Indonesia.

Nova bersama anak didiknya berada di ambang pencapaian bersejarah bagi sepak bola Tanah Air. Keberhasilan ini pun tak lepas dari pengaruh Shin Tae-yong terhadap Nova, yang juga putra dari pelatih legendaris Indonesia, Sartono Anwar.

Inspirasi dari Shin turut menyempurnakan karakter kepelatihan Nova yang semasa menjadi pemain banyak menyerap ilmu dari pelatih lokal maupun asing. Nova pernah ditangani pelatih seperti Benny Dollo, Rahmad Darmawan, Jacksen F. Tiago, hingga Ivan Kolev.

Di tengah pujian kepada Nova dan skuadnya, patut juga disematkan apresiasi tinggi kepada Shin Tae-yong. Selama empat tahun bersama, Shin memberi ruang bagi Nova untuk belajar langsung dari sisi lapangan. Meski kini telah hengkang sejak Januari 2025, warisan Shin tetap hidup dalam tim. Gamsahamnida, Coach Shin! (WA/ Ow)

Sumber: Kompas, 08 April 2025 dengan Judul: Teruskan Legasi Shin Tae-yong, Nova Arianto Antar ”Garuda Muda” ke Panggung Dunia. Oleh:  Muhammad Ikhsan Mahar


Lebih baru Lebih lama