WARTAALENGKA, Cianjur – Fenomena produk-produk asal
Tiongkok yang membanjiri pasar dunia dengan harga super miring bukanlah hal
baru. Namun, di balik harga yang begitu kompetitif, banyak pihak
bertanya-tanya: apa sebenarnya rahasia murahnya barang-barang dari China? Dalam
sebuah wawancara yang kini ramai dibicarakan, pakar politik dan ekonomi
Tiongkok, Victor Gao, memberikan penjelasan komprehensif yang membuka wawasan
banyak pihak tentang bagaimana China bisa sedemikian efisien dalam memproduksi
dan mengekspor barang.
Menurut Gao, harga murah produk-produk
China bukan disebabkan oleh manipulasi pasar, dumping, atau eksploitasi tenaga
kerja seperti yang kerap dituduhkan oleh negara-negara Barat. Ia menegaskan
bahwa kunci dari keberhasilan China dalam menekan biaya produksi justru
terletak pada kemampuan logistik, skala ekonomi, efisiensi sistem manufaktur,
serta kebijakan strategis pemerintah yang konsisten mendukung industri dalam
negeri.
“China memiliki ekosistem industri
yang lengkap dan saling terintegrasi, dari hulu ke hilir. Kami bisa memproduksi
hampir semua komponen secara domestik, yang artinya biaya logistik bisa ditekan
secara signifikan,” ujar Gao. Ia juga menambahkan bahwa China memiliki jutaan
perusahaan kecil dan menengah yang terus berinovasi dan bersaing dalam kualitas
serta efisiensi.
Victor Gao menyoroti bahwa banyak
orang luar negeri salah kaprah dalam memahami struktur ekonomi Tiongkok. Mereka
melihat harga murah sebagai bentuk manipulasi atau upaya curang dalam
perdagangan. Padahal, menurutnya, yang terjadi adalah hasil dari investasi
jangka panjang yang dilakukan China dalam membangun infrastruktur dan teknologi
manufaktur.
“China membangun jalan, pelabuhan, rel
kereta cepat, dan sistem logistik yang terkoordinasi dengan sangat baik. Itu
membuat pergerakan barang bisa jauh lebih cepat dan murah dibandingkan dengan
negara lain,” tegas Gao.
Ia juga menjelaskan bahwa pemerintah
China mendukung penuh sektor industri, tidak hanya dengan subsidi, tapi juga
dengan menciptakan iklim investasi yang stabil, kemudahan perizinan, dan
pelatihan tenaga kerja berskala besar. Kombinasi ini menciptakan efisiensi
struktural yang membuat biaya produksi menjadi sangat rendah.
Gao menyebutkan bahwa dibanding
negara-negara maju, struktur biaya tetap di China jauh lebih kecil. Misalnya,
biaya sewa tanah, tarif energi, serta gaji tenaga kerja masih tergolong murah
meskipun standar hidup masyarakat terus meningkat.
Namun bukan berarti murah berarti
murahan. Victor Gao menegaskan bahwa produk-produk China telah berkembang dari
segi kualitas dan inovasi. Ia memberikan contoh perusahaan teknologi seperti
Huawei, Xiaomi, dan BYD yang kini menjadi pemain global dengan reputasi
internasional. “Kami bukan hanya pabrik dunia. China juga sedang menjadi
laboratorium inovasi global,” kata Gao.
Dalam wawancara tersebut, Gao juga
menekankan pentingnya melihat perdagangan global secara objektif. Ia menentang
keras narasi proteksionis dan sinisme terhadap produk China. “Jika barang kami
murah dan berkualitas, kenapa harus dilarang? Konsumen global menikmati
manfaatnya, dan itu bagian dari kompetisi yang sehat,” jelasnya.
Ia juga menyebut bahwa China tidak
memaksa negara lain untuk membeli produknya. Permintaan yang tinggi terhadap
barang-barang China semata karena konsumen merasa mendapatkan nilai lebih dari
harga yang dibayar. “Ekonomi pasar bekerja berdasarkan pilihan bebas. Jika
produk China lebih laku, itu karena konsumen percaya pada nilai dan
kualitasnya,” tegas Gao.
Dalam konteks perang dagang dan
ketegangan geopolitik, Victor Gao juga mengkritik tuduhan dumping yang sering
dilontarkan kepada China. Menurutnya, tuduhan semacam itu adalah bentuk
ketidakmampuan bersaing dari negara lain. “Kenyataan bahwa kami lebih efisien
bukanlah kejahatan. Itu hasil dari kerja keras selama puluhan tahun,” ujar Gao
dengan nada tegas.
Gao juga mengajak negara lain untuk
belajar dari model pembangunan ekonomi China daripada terus menerus mencari
celah untuk menyudutkan. Ia menekankan bahwa keberhasilan China seharusnya
menjadi inspirasi, bukan ancaman. “Kami terbuka untuk berbagi pengetahuan.
Dunia bisa tumbuh bersama, bukan saling menjatuhkan,” pungkasnya.
Pernyataan Victor Gao ini tidak hanya
menjawab pertanyaan publik tentang murahnya harga barang China, tetapi juga
memberikan gambaran lebih luas tentang strategi ekonomi Tiongkok yang terencana
dan visioner.
Melalui wawasan dan argumentasi yang
tajam, Gao berhasil menunjukkan bahwa kekuatan manufaktur China dibangun
melalui sinergi antara pemerintah, industri, dan masyarakat. Sebuah pelajaran
penting bagi negara-negara berkembang yang ingin menyaingi dominasi Tiongkok
dalam pasar global.
Kini, persepsi terhadap produk China perlahan berubah. Tidak lagi sekadar murah dan massal, tapi juga tangguh dan penuh inovasi. Dan itu, seperti yang disampaikan Victor Gao, adalah buah dari strategi jangka panjang dan kerja keras yang tak kenal lelah. (WA/ Ow)