WARTAALENGKA,
Cianjur – Selama
arus mudik Lebaran 2025, Kabupaten Cianjur kembali menjadi salah satu titik
krusial dalam pergerakan kendaraan pemudik. Sebagai daerah perlintasan utama
yang menghubungkan Bandung, Bogor, dan Sukabumi, Cianjur mengalami peningkatan
volume kendaraan yang signifikan.
Lonjakan Volume Kendaraan
Berdasarkan pemantauan sementara dari
Dinas Perhubungan Kabupaten Cianjur, volume kendaraan yang melintasi wilayah
tersebut selama arus mudik dan balik Lebaran 2025 menunjukkan tren peningkatan
yang signifikan. Meskipun data lengkap dan resmi untuk tahun 2025 masih dalam
tahap rekapitulasi, lonjakan kendaraan pribadi sudah terlihat sejak H-7 hingga
H+3 Lebaran. Jalur utama seperti Jalan Raya Cianjur–Cipanas dan Jalan Raya
Sukabumi–Cianjur mengalami kepadatan ekstrem, terutama pada waktu-waktu puncak,
yaitu sore hingga malam hari. Pihak Dishub menyebut bahwa kepadatan ini menjadi
indikasi bahwa pergerakan masyarakat menggunakan kendaraan pribadi terus
mendominasi arus mudik tahun ini.
Sebagai pembanding, pada arus mudik
dan balik Lebaran tahun 2024, tercatat sebanyak 1.403.996 kendaraan melintasi
wilayah Kabupaten Cianjur. Angka tersebut menunjukkan beban kendaraan yang
sangat besar bagi infrastruktur jalan yang ada. Dari total jumlah kendaraan
tersebut, mayoritas merupakan kendaraan roda dua dan roda empat pribadi yang
digunakan oleh pemudik menuju berbagai daerah di Jawa Barat dan sekitarnya.
Tren ini diperkirakan berlanjut pada tahun 2025, seiring belum optimalnya moda
transportasi umum dan tingginya preferensi masyarakat terhadap perjalanan darat
yang dianggap lebih fleksibel dan ekonomis, terutama untuk perjalanan keluarga.
Kondisi Infrastruktur Jalan
Menjelang arus mudik Lebaran 2025,
kondisi infrastruktur jalan di Kabupaten Cianjur menjadi sorotan utama,
terutama karena perannya sebagai jalur strategis penghubung antarwilayah. Salah
satu titik paling krusial adalah Jalan Lingkar Timur, yang merupakan jalur
alternatif penting bagi kendaraan dari arah Sukabumi menuju Cianjur dan Bandung
Barat. Sayangnya, jalan ini mengalami kerusakan cukup parah, ditandai dengan
banyaknya lubang berukuran besar yang tersebar di beberapa segmen. Kondisi ini
tidak hanya memperlambat laju kendaraan, tetapi juga berisiko menyebabkan
kecelakaan, terutama saat malam hari atau ketika hujan membuat lubang tertutup
genangan air. Dengan meningkatnya volume kendaraan selama arus mudik, kerusakan
ini berpotensi memperburuk kemacetan dan memperpanjang waktu tempuh
antarwilayah.
Menanggapi kondisi tersebut, Kepala
Dinas Perhubungan Kabupaten Cianjur, Tedi Artiawan, menjelaskan bahwa pihaknya
telah melakukan koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR) untuk segera melakukan perbaikan menyeluruh. Dishub Cianjur juga
telah mengirimkan laporan teknis dan dokumentasi lapangan sebagai bagian dari
permohonan percepatan penanganan jalan rusak. Namun hingga akhir Maret 2025,
belum terlihat adanya langkah konkret dari pemerintah pusat untuk memulai
perbaikan fisik di lapangan. Tedi mengakui bahwa jika perbaikan tidak segera
dilakukan, maka risiko kemacetan dan kecelakaan saat puncak arus mudik bisa
meningkat signifikan. Oleh karena itu, Dishub berinisiatif melakukan penambalan
darurat sebagai upaya sementara agar jalan tetap bisa dilalui dengan aman.
Rekayasa Lalu Lintas dan Pengamanan
Untuk mengantisipasi kemacetan akibat
lonjakan volume kendaraan selama arus mudik Lebaran 2025, Dinas Perhubungan
Kabupaten Cianjur bersama pihak kepolisian melakukan serangkaian rekayasa lalu
lintas yang bersifat situasional. Salah satu strategi utama yang diterapkan
adalah sistem buka-tutup atau one way di sejumlah titik rawan kemacetan.
Kawasan Pasar Cipanas menjadi salah satu lokasi prioritas karena kerap menjadi
titik penyumbatan lalu lintas, terutama saat pagi dan sore hari ketika
aktivitas warga dan pemudik memuncak. Sistem one way ini diberlakukan
secara bergilir dengan menyesuaikan arus kendaraan dari dua arah agar tidak
saling bertabrakan dan menumpuk di satu titik.
Langkah tersebut terbukti cukup
efektif dalam mengurai kepadatan, meskipun masih membutuhkan pengawasan ketat
di lapangan. Petugas gabungan dari Dishub, Satlantas Polres Cianjur, dan
relawan disiagakan di setiap titik pengalihan arus untuk mengarahkan pengendara
dan memberi informasi terkait jalur alternatif. Selain Pasar Cipanas, sistem
serupa juga diterapkan di beberapa ruas jalan padat lainnya seperti Simpang
Tiga Cugenang dan pertigaan Haurwangi. Keputusan untuk menerapkan one way
diambil berdasarkan pemantauan kondisi lalu lintas secara real-time, serta
evaluasi harian terhadap pola pergerakan kendaraan.
Dominasi Kendaraan Roda Dua
Selama periode libur panjang seperti
Lebaran, Natal, dan Tahun Baru, kendaraan roda dua menjadi moda transportasi
yang paling dominan melintasi wilayah Cianjur. Fenomena ini terlihat jelas pada
libur Natal dan Tahun Baru 2025, di mana terjadi lonjakan signifikan kendaraan
roda dua yang datang dari arah Sukabumi, Bandung, dan Bogor menuju berbagai
kawasan di Cianjur, baik untuk kepentingan mudik maupun berwisata. Tingginya
jumlah pengendara motor disebabkan oleh fleksibilitas dan efisiensi biaya
perjalanan, khususnya bagi masyarakat dari kalangan menengah ke bawah yang
memilih motor sebagai sarana utama bepergian jarak menengah.
Kanit Bin Ops (KBO) Satlantas Polres
Cianjur, Iptu Muchtar Romi, mengonfirmasi bahwa meskipun volume kendaraan
meningkat cukup drastis, terutama kendaraan roda dua, kondisi lalu lintas
secara umum masih terpantau lancar. Hal ini dimungkinkan berkat koordinasi yang
baik antara kepolisian, Dinas Perhubungan, dan berbagai pihak terkait dalam
pengaturan arus serta rekayasa lalu lintas. Selain itu, tidak adanya gangguan
besar seperti kecelakaan beruntun atau bencana alam turut berperan dalam
menjaga kelancaran arus lalu lintas. Namun demikian, pihaknya tetap mengimbau
pengendara motor untuk berhati-hati, terutama saat melintasi jalanan sempit dan
rusak yang banyak ditemukan di sejumlah titik di wilayah Cianjur.
Tantangan dan Risiko
Peningkatan volume kendaraan yang
signifikan selama arus mudik Lebaran 2025 membawa tantangan kompleks bagi lalu
lintas di wilayah Cianjur. Salah satu tantangan terbesar adalah meningkatnya
potensi kemacetan di titik-titik rawan, terutama di jalan-jalan yang memiliki
kapasitas terbatas namun menerima beban kendaraan yang jauh melebihi normal.
Selain kemacetan, tingginya jumlah kendaraan yang melintas juga menambah
tekanan terhadap infrastruktur jalan yang sudah dalam kondisi kurang baik.
Dalam situasi seperti ini, kerusakan jalan seperti lubang atau aspal mengelupas
menjadi ancaman serius, terutama pada malam hari atau saat hujan yang membuat
kerusakan sulit terlihat oleh pengendara.
Kondisi jalan yang rusak tersebut
secara langsung meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas, khususnya bagi
pengendara roda dua yang secara fisik lebih rentan. Tidak sedikit pengendara
motor yang terjatuh akibat tidak sempat menghindari lubang atau kehilangan
keseimbangan saat melewati permukaan jalan yang tidak rata. Oleh karena itu,
pihak kepolisian dan Dinas Perhubungan mengimbau seluruh pemudik untuk
meningkatkan kewaspadaan, mengurangi kecepatan saat melintasi jalur-jalur
rawan, dan selalu mematuhi rambu lalu lintas. Imbauan juga disampaikan melalui
media sosial, baliho informasi, serta posko-posko mudik yang disebar di
berbagai titik strategis di Cianjur, agar keselamatan tetap menjadi prioritas
di tengah padatnya arus perjalanan.
Peran Cianjur sebagai Daerah
Perlintasan
Posisi geografis Kabupaten Cianjur
yang berada di tengah jalur penghubung antara Jakarta, Bogor, Sukabumi, dan
Bandung menjadikannya sebagai salah satu daerah perlintasan utama bagi para
pemudik dari berbagai arah. Jalur Cianjur kerap menjadi pilihan favorit karena
dianggap sebagai alternatif dari rute Puncak yang sering padat, terutama bagi
pemudik yang menuju wilayah Priangan Timur dan sekitarnya. Akibatnya, setiap
musim mudik, volume kendaraan yang melintasi Cianjur hampir selalu mengalami
lonjakan, baik dari arah barat maupun timur. Kondisi ini memberikan tekanan
besar terhadap kapasitas jalan yang terbatas serta memerlukan pengaturan lalu
lintas yang ekstra.
Tingginya intensitas lalu lintas di
wilayah ini menuntut kesiapan penuh dari pihak berwenang, khususnya Dinas
Perhubungan, Kepolisian, dan instansi pendukung lainnya. Koordinasi
antarinstansi menjadi kunci dalam mengantisipasi kemacetan, kecelakaan, maupun
situasi darurat yang mungkin terjadi akibat lonjakan kendaraan. Penerapan
sistem informasi lalu lintas, penempatan petugas di titik-titik krusial, serta
pengaktifan posko pemantauan menjadi langkah penting untuk menjaga kelancaran
arus mudik. Selain itu, evaluasi rutin terhadap pola pergerakan kendaraan juga
diperlukan agar strategi rekayasa lalu lintas dapat disesuaikan dengan kondisi
di lapangan secara dinamis dan responsif.
Arus mudik Lebaran 2025 kembali
menguji ketahanan infrastruktur dan sistem lalu lintas di Kabupaten Cianjur.
Dengan posisi strategis sebagai jalur perlintasan utama, Cianjur menanggung
beban kendaraan yang luar biasa besar setiap musim mudik, terutama ketika moda
transportasi darat masih menjadi pilihan utama masyarakat. Meski berbagai
rekayasa lalu lintas telah diterapkan dan koordinasi antarinstansi diperkuat,
persoalan klasik seperti jalan rusak, titik rawan macet, dan dominasi kendaraan
roda dua tetap menjadi tantangan tahunan yang perlu solusi jangka panjang.
Ke depan, dibutuhkan langkah konkret yang tidak hanya bersifat reaktif tetapi juga proaktif. Pemerintah pusat dan daerah harus mempercepat perbaikan infrastruktur, memperluas jalur alternatif, dan meningkatkan kualitas transportasi umum sebagai opsi mudik yang layak. Selain itu, edukasi keselamatan berkendara serta penerapan teknologi pemantauan lalu lintas berbasis data harus menjadi prioritas. Dengan kerja sama semua pihak, diharapkan Cianjur dapat menjadi jalur mudik yang lebih aman, nyaman, dan efisien bagi jutaan pemudik di masa mendatang. (WA/ Ow)