WARTAALENGKA, CIANJUR - Media sosial memang sudah seperti bagian terpenting dalam hidup, apalagi semakin banyak suguhan-suguhan instan yang dianggap dapat membahagiakan, namun apakah benar semua hiburan yang disuguhkan itu dapat membahagiakan secara alami? Atau malah membahayakan?. Meskipun ada benarnya juga jika dikatakan bahwa media sosial dengan segala yang ada di dalamnya itu memudahkan pekerjaan dan kebutuhan manusia.
Penelitian menunjukan 95% remaja menggunakan media sosial, lebih dari sepertiga mereka mengatakan bahwa mereka terus menerus melakukannya dan remaja menghabiskan rata-rata tiga setengah jam perhari hanya untuk satu aplikasi hiburan yang menurut penelitian dapat melipat gandakan resiko mengalami gejala depresi dan kecemasan.
Sekilas tentang Dopamine
Dopamine / hormone kebahagiaan adalah senyawa kimia dalam diri yang memberikan sinyal kebahagiaan ketika seseorang mendapatkan reward atau kepuasan.
Kadar dopamine yang stabil dan sehat dapat memberikan efek yang sangat baik untuk kelangsungan hidup kita,begitupun sebaliknya. Ada dua pemicu atau penyebab hormon dopamine bekerja, ada pemicu positif dan ada pemicu negative.
Pemicu positif diantaranya olahraga, makanan sehat, meraih tujuan, menerima penghargaan dan berhubungan sosial. Sedangkan pemicu negatifnya seperti alcohol, narkoba, judi, pornografi, berada dalam sosial media yang terlalu lama dan bermain game tanpa tau waktu. Keduanya dapat menghasilkan kebahagiaan namun bahagia yang didapatkan memalui pemicu negatif tidak akan menghasilkan kebahagiaan yang bermanfaat untuk diri sendiri maupun lingkungan, tidak seperti kebahagiaan yang dihasilkan oleh pemicu yang positif.
Sikap untuk mendapatkan kebahagiaan dengan instan tanpa perjuangan adalah awal mula manusia mengalami kecanduan. Jika kecanduan ini terus berlangsung maka akan menimbulkan perasaan cemas, depresi, hilang motivasi bahkan perilaku adiksi. Manusia dengan gangguan kepribadian seperti ini membutuhkan waktu yang lama untuk kembali menstabilkan keadaan diri dan oikirannya, manusia dengan keadaan seperti ini sulit merasakan bahagia dengan hal-hal sederhana di lingkungan sekitar dan untuk kembali bias merasakan hal itu memerlukan waktu yang lama dan dilatih.
Inilah salah satu sebab Tuhan memberikan akal dan pikiran kepada manusia agar bisa memilih keputusan mana yang harus diambil untuk melaksanakan keberlangsungan hidup. Keputusan yang baik dan bijak akan menghasilkan dampak yang baik pula, begitupun sebaliknya.
Di zaman sekarang ini sudah pasti banyak yang merasakan kecanduan media sosial yang dapat mengganggu konsentrasi, menghilangkan focus, merasa tidak seimbang dalam bersosial dan sebagainya. Untuk kembali menjalankan hidup yang seimbang, warganet sedang diramaikan dengan TREN DOPAMINE DETOX.
Dopamine detox / puasa dopamine bukan berati kita benar-benar melepaskan media sosial dalam kehidupan, tapi mengendalikan pemicu dopamine yang negative agar bias diganti dengan pemicu yang negative untuk mengembalikan ke stabilan dopamine yang rusak. Harapan dari dopamine detox ini adalah untuk bisa kembali menikmati hal-hal kecil dan sederhana di lingkungan sekitar.
Dopamine detox ini akan memberikan hasil / efek yang baik jika dilakukan selama 14 hari bahkan 30 hari secara perlahan dan bertahap.
Aturan-aturan melakukan Dopamine Detox menurut Dr. Jin Sung
1. Menghindari junk food
2. Makan makanan yang mengandung Fenilalanin
3. Olaharaga rutin dan teratur
4. Hindari sosial media yang negatif, pornografi, minuman berenergi, judi
Pada intinya, dopamine detox adalah mengganti secara perlahan dana bertahap kegiatan di media sosial yang tidak penting dengan kegiatan yang bermanfaat, lebih sadar dan focus dengan kegiatan di dunia nyata, memanfaatkan waktu luang dengan hal-hal yang dapat membawa manfaat yang baik untuk diri dan belajar untuk bisa mengontrol diri agar tidak berlebihan dalam menjalani sesuatu.
(alengka/nursyahri)